Jumat, 30 November 2012



Renungan Minggu Advent
Sesungguhnya Waktunya Akan Datang:
Tunas Keadilan Bagi Kita
Yeremia 33:14-16
Kepastian pemulihan kembali dikumandangkan pada perikop ini lewat Tunas Daud yang akan menegakkan keadilan dan kebenaran di negeri Israel sehingga umat TUHAN mengalami damai sejahtera (15). Sepasti apakah pemulihan itu? Sepasti hadirnya siang dan malam yang merupakan penetapan Allah atas alam semesta ini (20-22).
Bagaimanakah pemulihan itu akan terjadi? Dengan membangkitkan kembali dua lembaga pemerintahan yang memimpin Israel sejak permulaan berdirinya mereka (17, 18). Pertama, TUHAN akan meneguhkan perjanjian-Nya dengan Daud dan keturunannya bahwa mereka akan menjadi raja turun temurun di Israel (bdk. 2 Sam 7:12-16) Sebenarnya selama ini perjanjian itu belum pernah dibatalkan walaupun dikhianati berulang kali oleh keturunan Daud. Pukulan dan hukuman yang jatuh kepada raja keturunan Daud yang tidak setia pada TUHAN sebenarnya menunjukkan kesetiaan TUHAN pada perjanjian-Nya itu (ay. 14).
Kedua,  TUHAN memulihkan lagi ibadah Israel dengan membangkitkan lagi pelayanan suku Lewi. Suku Lewilah yang dulu dipercaya untuk mengelola ibadah di kemah suci/bait Allah (Bil 3-4), secara khusus keturunan Harun sebagai imamnya. Bait Allah memang harus dihancurkan karena lebih menjadi berhala daripada fasilitas ibadah. Namun dengan keimaman yang diperbarui, ibadah pun menjadi berkenan kembali kepada-Nya.
Syukurlah, karena kedua proses itu nyata di dalam Yesus Kristus. DIA adalah Raja Mesias, keturunan Daud dan sekaligus Imam Besar yang melampaui keimaman Harun untuk memimpin satu umat baru yang melampaui kebangsaan Israel. Melalui Dia, Allah membangun kembali umat-Nya yang melintasi suku, budaya, bangsa, dan bahasa. Kita yang beriman pada TUHAN Yesus adalah umat-Nya yang beroleh anugerah. Yesus menjadi Nabi, Raja, dan Imam. Melalui dan di dalam Dia, kita beroleh relasi abadi dengan Bapa.
Marilah kita sambut keselamatan kita TUHAN Yesus sang Juruselamat yang hidup itu, seraya nyatakanlah komitmen dan kesetiaan kita hanya kepada DIA.

Jumat, 02 November 2012

Renungan Minggu XXII setelah Trinitatis, 4 Nopember 2012



Renungan Minggu XXII setelah Trinitatis
Mengasihi TUHAN
Markus 12:28-34
Istri saya pernah bertanya kepada saya, “Kamu membelikan anak kita berbagai mainan. Apakah kamu membelinya karena cintamu kepada anak kita? Atau kamu membelikannya mainan, karena kamu tidak puas akan masa kecilmu?” Artinya, mungkin saya sedang melakukan kesenangan saya saja.
Pertanyaan itu juga berlaku dalam relasi atau hubungan kita masing-masing dengan TUHAN Allah. Apakah saudara mengasihi TUHAN?
Dalam jawaban TUHAN Yesus kepada ahli Taurat, sesungguhnya, Dia tidak mengeluarkan peraturan atau titah yang baru bagi orang Israel atau Yahudi. Melainkan, Dia menyampaikan peraturan yang sudah ada sejak dulu kala (bdk. Ulangan 6:4, 5: Mencintai Allah yang esa dengan segenap akal budi dan hati), tetapi peraturan itu tidak kunjung terpenuhi dalam kehidupan Israel atau Yahudi pada umumnya. Termasuk dalam kehidupan para pemangku hukum seperti Raja, Imam, ahli Taurat, kaum Saduki dan Farisi sendiri. Mereka semua senang melakukan ibadah-ibadah, diskusi Taurat bahkan menyanyikan Mazmur, tetapi kepatuhan mereka tandus. Karena mereka melakukannya untuk kesenangannya. Terbukti dari hasilnya, mereka saling mengecam dan menghina di antara ahli Taurat, kaum Saduki, kaum Farisi dan kaum Imam.
Selanjutnya, TUHAN Yesus menyampaikan peraturan kedua sebagai dampak mengasihi TUHAN. Artinya, bahwa mengasihi TUHAN Allah tidak berhenti pada diskusi keagamaan berikut doktrin dan aturannya, serta menyanyi saja. Kemudian kita saling mengecam, menghina dan menghujat. Tetapi, seharusnyalah, setiap orang yang mengasihi TUHAN Allah semakin mengasihi sesamanya, bahkan rela mati untuk sesamanya (Yoh. 15:13 bdk. I Yoh. 4:19-21).
Sambil lalu, jawaban TUHAN Yesus kepada ahli Taurat ini juga seharusnya menjadi alat uji bagi setiap orang dan Gereja (apalagi di penghujung tahun 2012 ini, saat kita semakin sibuk oleh berbagai kegiatan gerejani dan kristiani). Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi TUHAN Allah dengan segenap hati dan akal budi kita? Apakah kita sanggup mengasihi saudara-saudara yang tidak mampu, atau bahkan tidak mau membayar iuran Gereja, Natal dan atau bona taon?
Mari kita uji diri kita masing-masing, apakah aku sudah mengasihi TUHAN Allah dengan segenap hati dan akal budiku?

Jumat, 19 Oktober 2012

Renungan Minggu XX setelah Trinitatis



Dipilih Untuk Melayani
Markus 10:35-45
Beras bagi kebanyakkan manusia Indonesia termasuk kebutuhan pokok. Itulah pula yang membuat Indonesia selalu meng-impor Beras untuk alasan mencegah krisis Beras. Sekaligus, hal itu menjadi ironi bagi Indonesia yang negara agraris, tetapi kurang pangan. Orang Indonesia lupa bahwa ada makanan pengganti Beras dengan kandungan gizi yang serupa, seperti jagung, ubi, singkong dan lain-lain.
Sebagaimana Beras; Glory, Kemuliaan (baca:Kehormatan) dan Hasangapon adalah hal yang sangat penting di dunia ini. Akibatnya kita mengalami krisis Glory, Kemuliaan dan Hasangapon. Ini tampak dalam kehidupan setiap hari, betapa pentingnya bagi manusia mencari Jabatan baik di lembaga Pemerintah dan Swasta. Bahkan di lembaga Gereja. Dulu, Glory, Kemuliaan dan Hasangapon adalah anugerah. Tetapi belakangan ini, Glory, Kemuliaan dan Hasangapon diperoleh dengan cara membeli.
Dalam sebuah Perjamuan Kudus di awal tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip sabda Yesus dalam Matius 10 tentang hal melayani. Lalu ia berkata, "Setiap orang bisa menjadi orang besar karena setiap orang bisa melayani. Anda tidak perlu menjadi seorang sarjana untuk melayani. Anda tidak harus pandai berkata-kata untuk bisa melayani. Anda pun tidak perlu mengenal Plato atau Aristoteles untuk bisa melayani .... Anda hanya membutuhkan hati yang penuh kasih karunia, jiwa yang digerakkan oleh kasih."
Pertanyaannya, manakah pengertian kita tentang Glory, Kemuliaan dan Hasangapon? Lantas, apa yang kita cari dengan Glory, Kemuliaan dan Hasangapon? Dalam Markus 10:35-45, para murid Yesus berdebat dan memperebutkan tempat terhormat di surga. Namun, TUHAN Yesus mengatakan kepada mereka: "Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Dan yang paling indah sekaligus penting: Glory, Kemuliaan dan Hasangapon sejati adalah saat TUHAN berkata kepada kita: “....Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKU, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Mat. 25:34). Selamat Melayani TUHAN.

Kamis, 11 Oktober 2012

Renungan Minggu XIX setelah Trinitatis



Hidup atau Mati
Amos 5:6-7, 10-15
Ada permainan khas di Tapanuli namanya “tuo”. Penggemar permainan ini kebanyakkan laki-laki, baik besar dan kecil. Alat yang digunakan adalah sekeping koin atau mata uang logam. Pemain tinggal memilih sisi yang disebut hidup atau sisi yang disebut mati. Kemudian, pemimpin akan melontarkan koin tersebut ke atas. Setiap pemain dapat melihat dan menetapkan diri kalah atau menang saat koin terjatuh ke tanah dan menunjuk salah satu sisinya. Tidak ada yang pandai dalam permainan ini, semua pemain berkesempatan kalah atau menang. Sulit menentukan sisi koin mana yang akan nampak saat jatuh dan tergeletak di tanah.
Syukurlah kehidupan ini tidak seperti permainan “tuo” yang tidak pasti akan menang atau kalah.
Pada masa Nabi Amos sang petani dari Tekoa: bangsa Israel hidup dalam kelimpahan namun bobrok dalam perilaku. Mereka beribadah di tempat-tempat ibadah, tetapi mereka berlaku tidak adil bahkan menindas sesamanya. Mereka tega berlaku curang terhadap sesama, tanpa rasa takut akan TUHAN.
TUHAN melalui sang Nabi menyampaikan pilihan kepada bangsa Israel: mau HIDUP atau MATI (6, 14-15)? Ketaatan akan TUHAN akan mengatarkan kepada kehidupan, tetapi, pembangkangan akan mengantarkan kepada kematian.
HIDUP atau MATI bukanlah tentang lontaran koin ke atas, dan kita hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Tetapi, HIDUP atau MATI adalah tentang ketaatan atau pembangkangan terhadap TUHAN sang pemilik kehidupan itu sendiri dan penguasa atas kematian.
HIDUP atau MATI bukanlah tentang lontaran koin ke atas, dan kita hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Tetapi, HIDUP atau MATI adalah tentang kesediaan atau keengganan mendengarkan nasehat.
HIDUP atau MATI bukanlah tentang lontaran koin ke atas, dan kita hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Tetapi, HIDUP atau MATI adalah tentang menegakkan atau mematahkan keadilan.
HIDUP atau MATI bukanlah tentang lontaran koin ke atas, dan kita hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Tetapi, HIDUP atau MATI adalah tentang mencintai atau membenci sesama manusia dan semua ciptaan TUHAN.
Selamat memilih. Usul: pilihlah TUHAN pemilik kehidupan.

I'm single and very happy



By: Jaclyn Litaay | Tips | 12 Agustus 2009, 08:49:29 | Dibaca: 977 kali

Judul lagu terbaru Oppie Andaresta di atas sangat mewakili kemerdekaan seorang lajang yang bahagia. Sudah banyak buku yang mengupas tentang kehidupan seorang lajang. Namun banyak lajang yang masih cemas, mentok, bahkan stres dengan status lajangnya. Berikut tips untuk lajang Kristen:

1 Mengetahui arti tujuan hidup      
Jika kita mengerti betul tujuan Allah menciptakan kita, kita lebih mudah menerima keadaan kita sekarang. Apakah tujuan hidup Anda adalah menikah atau menemukan pasangan jiwa? Jika sudah menemukan pasangan apakah tujuan hidup Anda selesai? Lalu selama hidup berpasangan, tak ada tujuankah kita? Tidak kan?! Temukan dulu tujuan hidupmu. Percayalah hanya mereka yang tinggal kuat di dalam Kristus yang bisa menemukan dan menerima keadaan apapun. Baik itu menikah (memiliki pasangan) ataupun sendiri (tanpa pasangan). Menemukan tujuan hidup lebih penting melebihi pertanyaan dengan siapa saya melewatkan waktu tersebut..         

2 Tetap berpengharapan     
Lajang yang belum juga menemukan pasangan, entah belum pernah sama sekali atau sudah pernah lalu putus lagi, masih bisa berharap untuk menemukan pasangan Kristen untuk memulai hidup baru yang menggairahkan dalam terang Kristus. Sampai kapan? Jika waktunya tak kunjung datang, kita tak kehilangan tujuan hidup hanya dengan menunggu. Jika menikah adalah tujuan hidup berarti setelah menikah kita tak bertujuan lagi, lalu mungkin mati. Pilihan konyol yang sama sekali tak berguna! Tetaplah bertekun dalam Tuhan dan mengisinya dengan banyak hal positif.

3 Temukan hobi dan komunitas     
Kita diciptakan untuk bersosialisasi, bukan untuk menyendiri. Hidup menyendiri berbeda dengan hidup sendiri. Dalam hidup menyendiri, kita menarik diri dari komunitas yang sebenarnya dapat menjadi sarana berbagi berkat. Jangan hanya kumpul-kumpul dengan sesama lajang. Hidup kita akan menjadi berat sebelah. Walau pun kita hidup sendiri, tapi kita masih dapat bertukar pikiran dengan mereka yang juga telah menikah atau menemukan pasangannya. Apa hobi Anda? Jalan-jalan? Bermusik? Nonton? Menulis? Memasak? Apa saja. Selama benar dan positif, lakukanlah dan nikmatilah. Sendiri atau bersama-sama, hobi tetap asyik untuk ditekuni      .

4 Berani mengasihi lagi        
Siapapun yang pernah kehilangan akan mudah merasa terluka. Tidak peduli Anda sudah menikah atau belum. Mintalah kekuatan kepada Tuhan untuk memampukan Anda menghadapi saat-saat sulit untuk lepas dari trauma yang diakibatkan karena kehilangan. Saat seorang lajang benar-benar kesepian, menderita, dan tak dapat berkata-kata lagi tentang kesendiriannya maka Allah sendiri yang akan mengajarnya. Leigh McLeroy, penulis buku Melajang Itu Asyik, berkata: “Satu-satunya cara mengenal, benar-benar mengenal orang lain, adalah dengan menginvestasikan waktu dan mengambil risiko terluka”. Yesus melakukannya terlebih dulu pada malam terakhir makan Paskah, sebelum Ia dikhianati Yudas dan kemudian Petrus. DIA juga yang memberanikan kita untuk mengambil risiko melukai hati kita dan mencintai dengan kebebasan dan ketaatan.

5 Hargai setiap hal yang ada sekarang      
Apa yang kita punya sekarang? Keluarga, sahabat, pekerjaan, uang? Hargailah dan bersyukurlah. Jika kita tergoda untuk berpikir tak satupun dari pertanyaan itu yang kita punya, masih ada tersisa 2 hal, setidaknya. Anda masih punya hidup dan Tuhan yang memberi Anda kesempatan setiap hari untuk mencari apa yang belum dimiliki. Berhati-hatilah dengan soal seks bebas. Apakah sukacita abadi kita terpenuhi jika kita melakukannya? Jaminan apa yang kita miliki bahwa seorang pasangan atau keluarga atau seseorang untuk berbagi tanggung jawab hidup, mampu mengubah atau membuat sukacita itu tetap abadi dalam hati kita? Bersukacitalah karena Allah yang menyempurnakannya.

Jika Anda serius dengan Yesus, sendiri atau bersama, lajang atau menikah, punya pasangan atau tidak, hidup tetaplah bermakna      

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009